Cianjur – Aipda Sopyan Sahuri, seorang Bhabinkamtibmas di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur patut diacungi jempol. Pasalnya polisi baik ini rela mengeluarkan uang pribadi yang disisihkan dari gajinya untuk membangun rumah belajar bagi anak putus sekolah.
Pembangunan rumah belajar itu berawal ketika Sopyan yang beberapa tahun terakhir menjadi Bhabinkamtibmas merasa prihatin dengan banyaknya anak yang putus sekolah di wilayahnya.
Tak kurang upayanya untuk menyambangi satu demi satu rumah anak-anak yang putus sekolah untuk mendorong mereka agar mau kembali sekolah.
Namun perekonomian orangtua yang serba kekurangan membuat banyak dari mereka yang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan dan mencari pekerjaan untuk membantu keuangan keluarganya.
“Kebanyakan alasannya tidak lanjut sekolah dari SD ke SMP, atau SMP ke SMA/SMK karena terbentur biaya. Sebagian ada yang mau lanjut sekolah setelah dibujuk, tapi sebagian besar tidak. Memang untuk SD dan SMP gratis SPP, tapi kan ada biaya seragam dan lainnya. Jadi banyak yang memilih berhenti kemudian cari pekerjaan untuk bantu-bantu ekonomi keluarga,” ungkap dia, Kamis (29/9/2022).
Pada akhirnya, Sopyan pun memutuskan untuk membangun rumah belajar bagi anak putus sekolah. Semula, kegiatan di sana hanya untuk berbagi ilmu, namun kemudian dirinya menjadikan rumah belajar tersebut sebagai PKBM sehingga para anak tersebut nantinya memiliki ijazah atau legalitas.
Rumah belajar yang baru memiliki satu ruang kelas itu dibangun di atas tanah seluas 100 meter persegi yang merupakan tanah milik keluarga Aipda Sopian yang dihibahkan untuk kegiatan pendidikan.
Bangunan itu dia bangun dari uang tabungan yang disisihkan dari gajinya selama menjadi anggota Polri.
“Saya bukan orang berpunya, tapi demi pendidikan saya rela mengeluarkan tabungan untuk membangun ruah belajar ini. Supaya anak-anak bisa tetap belajar dan memiliki kesempatan sukses di masa depan,” ucapnya.
Dia mengatakan saat ini ada sekitar 20 anak yang melanjutkan sekolah di rumah belajar yang dibangunnya. Para anak tersebut tidak dipungut biaya sedikitpun.
“Saya sudah sampaikan pada orangtua, jika semuanya gratis tidak perlu bayar. Dari situ mulai ada kesadaran orangtuanya untuk menyekolahkan anaknya lagi. Dengan begitu saja pun bagi saya sudah menjadi bayaran yang sangat besar, karena anak bisa kembali sekolah,” kata dia.
Dia menambahkan jika dengan sistem pembelajaran PKBM, siswa hanya belajar selama dua hari dalam sepekan. Dengan begitu, anak-anak tersebut tetap bisa bekerja untuk membantu orangtuanya.
“Ada yang sambil bekerja, tapi saya minta ketika waktunya belajar mereka harus masuk. Dan ternyata mereka mau menuruti apa yang saya minta. Semangat mereka belajar memang tinggi, hanya ekonomi dan kondisi keluarga yang memaksa mereka putus sekolah,” kata dia.
“Saya harap dengan adanya rumah belajar ini, mereka bisa menggapai kesuksesan di masa depan. Mengangkat harkat dan derajat keluarganya dengan ilmu,” ucap dia menambahkan. (tr)