BESINFO.COM. Cianjur – Masyarakat kaki Gunung Gede Pangrango menolak proyek pemanfaatan panas bumi atau geothermal untuk pembangkit listrik. Pasalnya proyek yang disebut ‘harta karun’ itu dinilai akan merusak alam dan membuat mata pencaharian warga hilang.
Informasi yang dihimpun, proyek tersebut akan menghasilan saya listrik hingga 85 MWe (mega Watt electric) yang akan digunakan untuk pasokan listrik di Jawa dan Bali.
Namun warga di kaki gunung gede menolak proyek tersebut lantaran selain manfaatnya, terdapat juga pontesi dampak negatif yang akan dirasakan masyarakat.
M Dudan Darmawan, tokoh pemuda Desa Sukatani, mengatakan proyek geothermal tersebut memang bisa memeberikan dampak positif berupa terpenuhinya kebutuhan energi untuk jutaan jiwa di Jawa dan Bali.
Namun di balik itu, ada dampak negatif mulai dari kekeringan, tercemarnya sumber mata air, hingga hilangnya mata pencaharian utama warga yakni dari sektor pertanian.
“Banyak dampak dari proyek geothermal untuk pembangkit listrik ini. Dan dari referensi yang kami kaji, proyek ini berpotensi membuat wilayah di sekiter kekeringan karena sumber air yang ada digunakan untuk pembangkit. Selain itu, sumber air lainnya juga akan tercemar. Kondisi tersebut membuat lahan pertanian terancam, ditambah adanya alih fungsi nantinya, sehingga petani akan kehilangan lahan sebagai mata pencaharian,” ujar dia saat ditemui di basecamp Gunung Putri, Cipanas, Senin (14/11/2022).
Selain itu, proses pengeborannya juga berpotensi menumbuhkan gempa yang dapat mengguncang kawasan sekitar Gunung Gede Pangrango.
“Ini yang juga kami khawatirkan, proses pengeboran ke dalam bagian gunung menimbulkan gempa yang getarannya berdampak pada pemukiman warga di sekitar kawasan gunung gede,” ucap dia.
“Oleh karena itu, kami secara tegas menolak proyek pembangunan geotermal hingga ada ahli dari pemerintah yang bisa menjelaskan secara pasti jika risiko tersebut bisa dihindari,” ucap dia.
Senada, Jenal Mutakin, RT 03/08 Desa Sukatani, mengatakan mengatakan ada tiga daerah yang akan tersampak proyek geotermal, dimana dua diantaranya masuk dalam kawasan yang jadi kawasan inti proyek dan jalur pipa.
Meski begitu, Desa Sukatani merupakan daerah yang akan merasakan dampak paling besar lantaran lokasinya yang paling dekat dengan proyek pemanfaatan yang disebut sebagai ‘harta karun’ tersebut.
“Kami yang akan merasakan dampak paling parah. Karena lokasinya paling dekat. Jadi kalau ada dampak lingkungan, warga di sini yang paling terdampak,” ujar dia.
Oleh karena itu, pihaknya juga menolak proyek geotermal. “Kita menolak tegas, kecuali ada pihak yang menjelaskan dan menjamin tidak ada dampak jangka panjang. Kami tidak mau mewariskan air mata pada anak dan cucu kami,” pungkasnya.