Cianjur – Sudah 15 tahun, Bunga (bukan nama sebenarnya) mengidap HIV/AIDS. Kaget, sedih, dan kecewa bercampur aduk dalam perasaannya ketiga ibu dari tiga anak ini mengetahui dirinya positif HIV. Bahkan pernah juga rasa putus asa dan menyerah pada hidup terbersit di pikirannya.
Stigma negatif dari masyarakat jika HIV/AIDS adalah penyakit azab atau kutukan membuatnya sangat terpuruk di awal perjalanan hidupnya sebagai Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Mawar mengaku mulai terkonfirmasi positif HIV/AIDS pada 2007 lalu. Awalnya dia mengalihkan sakit dalam jangka waktu yang panjang, setelah diperiksa oleh dokter, ibu rumah tangga (IRT) asal Cianjur ini ternyata positif HIV/AIDS.
“Awalnya saya tidak tahu saya positif HIV/AIDS, kemudian dijelaskan oleh petugas medis di pelayanan kesehatan tersebut,” kata dia, Rabu (31/8).
Perasaannya saat itu campur aduk, Mawar pun kebingungan kenapa dirinya bisa terpapar HIV/AIDS.
“Setres saat itu, kenapa saya bisa terpapar padahal tidak pernah berbuat hal yang memicu penularan,” ungkap dia.
Setelah ditelusuri, ternyata suami pertamanya yang terlebih dulu positif akibat penggunaan jarum suntik.
“Suami saya yang pertama itu pecandu narkoba, menggunakan jarum suntik. Mungkin dari hal itu sehingga dia terpapar kemudian menularkan pada saya saat berhubungan sebagai suami istri,” kata dia.
Dia mengaku, sempat putus asa dalam menjalani hidup, bahkan pernah terbersit dalam pikirannya untuk mengakhiri hidupnya. Namun sosok anak membuat Mawar mengurungkan niatnya.
“Pernah saya berpikir bunuh diri, tidak kuat dngan fakta bahwa saya positif HIV/AIDS. Penyakit yang menjadi stigma negatif di masyarakat. Tapi saya berpikir, kalau saya meninggal, bagaimana anak, kan masih kecil. Itu yang menguatkan saya untuk tetap hidup dan rutin minum obat agar bisa membesarkan anak,” ucapnya.
Dukungan dari suami baru usai bercerai dengan suami pertamanya juga semakin menguatkan Mawar. Bahkan sosok pria tersebut yang menyanginya sepenuh hati membuatnya kuat selama 15 tahun ini mengidap HIV/AIDS.
“Saya bercerai dengan suami saya pada 2010, kemudian menikah lagi. Suami saya yang sekarang negatif HIV/AIDS. Tapi dia tulus menyangi saya, menerima saya apa adanya. Itu yang membuat saya semakin kuat sampai sekarang selain dari sosok anak,” pungkasnya. (tr)